“MENUJU E-SEVICES BIDANG AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN
DALAM RANGKA MEMBANGUN KANTOR PERTANAHAN MODERN”
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL YOGYAKARTA
19 DESEMBER 2019
Disampaikan Oleh : Bambang Gatot Nugroho
Referensi Data : Harto Widodo
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) menyelenggarakan Talkshow dan Pameran Inovasi 2019 dengan tema Menuju E Service Bidang Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan menuju Kantor Pertanahan Modern.
Selain Talkshow 13 stand yang mengikuti pameran inovasi. Sembilan stand dari pihak swasta (termasuk MASKI) yang memamerkan teknologi pengukuran tanah terbaru, tiga stand dari Kantor Pertanahan yang memamerkan inovasi pelayanan pertanahan yaitu Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo, Kota Solo, dan Kabupaten Pandeglang, serta 1 stand dari STPN yang memamerkan jurnal-jurnal terbaru hasil penelitian mahasiswa STPN.
Acara tahunan ini dilaksanakan rutin oleh STPN untuk menampilkan inovasi pertanahan, menggali ilmu-ilmu baru sekaligus juga mempertahankan akreditasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, diharapkan pula dapat mencetuskan terobosanterobosan baru, serta memantik seluruh Kantor Pertanahan untuk dapat bersinergi sehingga memberikan manfaat dan kontribusi nyata untuk Kementerian ATR/BPN.
Dr. Surya Tjandra, S.H., LL.M.
Wakil Menteri Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
“INOVASI JANGAN MELULU PRODUK,
TAPI LEBIH PADA PERUBAHAN PERILAKU/ BUDAYA MASYARAKAT”
Wakil Menteri ATR/Wakil Kepala BPN Surya Tjandra mengatakan, bahwa ada aplikasi sebagai bentuk inovasi di Kementerian ATR/BPN, namun belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat “Karena yang saya lihat aplikasi itu baru mentransformasikan produk aplikasi itu sendiri namun belum sepenuhnya mentransformasikan kebutuhan masyarakat pengguna layanan kita,” jelasnya.
Surya Tjandra mencontohkan, Google dan Facebook menjadi layanan yang paling dipakai di dunia. Karena kedua perusahaan tersebut, bisa membaca perilaku penggunanya. Dengan begitu, semakin sering aplikasinya digunakan maka aplikasi itu akan semakin pintar.
Kementerian ATR/BPN sangat bisa berhasil, karena merupakan satu-satunya lembaga tunggal, tanpa competitor yang mengurus pertanahan. Kementerian ini punya informasi bidang per bidang tanah, informasi kepemilikan, sampai informasi nilai tanah. “Dengan informasi yang kita miliki tersebut, maka kita dapat memprediksi masa depan, bahkan kita dapat membuat masa depan,” jelas Surya Tjandra bersemangat.
Ir. R. Muh. Adi Darmawan, M,Eng.Sc
Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Kementerian ATR/BPN
“DI ERA DIGITAL, SEMUA DAPAT DIAKSES DALAM SATU GENGGAMAN”
Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Kementerian ATR/BPN Muhammad Adi Darmawan menegaskan bahwa Data dan Teknologi Geospasial memiliki arti penting karena, Everything Happens Somewhere, bahwa di era digital, semua dapat diakses dalam satu genggaman. Iapun meyakini bahwa layanan pertanahan modern yang sarat dengan ide dan gagasan inovatif serta kreatif yang disandingkan dengan perkembangan teknologi dapat membawa dampak besar bagi masyarakat untuk menyongsong Era Revolusi Industri 4.0.
Menurut Adi Darmawan, ada 5 komponen penting Industri 4.0, yakni :
- Big Data, Untuk memprediksi kejadaian yang akan dating
- Cyber Physical System, Untuk Mengintegrasi keputusa suatu kejadian tanpa intervensi manusia
- Internet of things, konektivitas antar obyek melalui internet
- Cloud Computing, pembaharuan data oleh beberapa subyek diwaktu yang sama dari tempat yang berbeda
- Cognitive Computing, proes komputasi untuk mengambil keputusan.
Dalam kesempatan ini Adi Darmawan juga menyoroti Smart City. Smart City menggunakan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) untuk melibatkan warga, memberikan layanan kota, dan meningkatkan serta menghubungkan sistem perkotaan” jelasnya.
“Ada tiga komponen yang harus dilalui sebagai roadmap menuju smartcity, yaitu terbangunnya tematik berbasis bidang tanah, terbangunnya peta pendaftaran tanah lengkap dan terbangunnya sinkronisasi data spasial antar instansi”, tambah Adi Darmawan.
Dirjen Infrastruktur Keagrariaan juga membahas masalah yang kalah penting, yaitu Sistem Informasi Pertanahan (SIP) Modern menggunakan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Kerjasama dengan pihak swasta meliputi :
- pengembangan aplikasi eksisting sistem informasi pertanahan modern,
- pemeliharaan sistem informasi pertanahan modern,
- pengembangan modul tambahan sistem informasi pertanahan modern,
- digitalisasi dan validasi data spasial dan tekstual
- adjustment data spasial,
- pengadaan perangkat keras (hardware), aktivitas pendukung lainnya
Pada market sounding (BKPM 17/12/2019), peserta yang hadir sekitar 50 badan usaha (perusahaan swasta dan BUMN) bidang usaha teknologi informasi, perbankan dan lembaga keuangan, konsultan serta asosiasi bisnis terkait. Sedangkan Kerja sama membangun data spasial Bidang Tanah yang dijalin dengan Lembaga Pemerintahan adalah TNI AD, Kementrian Tenaga Kerja, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ir. Virgo Eresta Jaya, M.Eng
Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Kementerian ATR/BPN
“PERUBAHAN BUKAN DITUNGGU, MELAINKAN SEGERA DILAKUKAN”
Virgo Eresta Jaya mengemukakan bahwa Inovasi memang sangat dibutuhkan masyarakat dan faktanya banyak yang belum kita sentuh hingga kini. Tetapi perubahan harus siap dilakukan, untuk Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0
Virgo Eresta Jaya juga mengatakan salah satu perubahan yang bisa dilakukan dengan meninggalkan apa yang kita pelajari dulu. “Perubahan harus dilakukan, karena suatu hal yang kita bawa dari masa lalu belum tentu cocok untuk dipraktikkan pada saat ini. Jadi kenapa kita harus menunggu orang lain untuk berubah, kita yang harus segera berubah,” kata Virgo Eresta Jaya.
“Perubahan harus dilakukan, karena suatu hal yang kita bawa dari masa lalu belum tentu cocok untuk dipraktikkan pada saat ini. Jadi kenapa kita harus menunggu orang lain untuk berubah, kita yang harus segera berubah,”
Dr. Ir. Senthot Sudirman, M.S
Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
“STPN MERASA PERLU BERKONTRIBUSI DENGAN MEWADAHI TUMBUH DAN
BERKEMBANGNYA IDE DAN GAGASAN INOVATIF”
Senthot Sudirman Ketua STPN menjelaskan bahwa STPN Sebagai tempat membentuk generasi penerus di bidang agraria, tata ruang, dan pertanahan, merasa perlu berkontribusi dengan mewadahi tumbuh dan berkembangnya ide dan gagasan inovatif. “Sehingga akan dihasilkan ide serta gagasan inovatif melalui generasi penerus dari STPN ini,” kata Senthot Sudirman.
Lebih jauh, boss STPN ini mengupas tentang Metode Pemetaan K4 dalam rangka Peningkatan Kualitas Data Bidang menuju Kelurahan dan Kota Lengkap, sebuah penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kediri dan Sidoarjo, terkait Inventarisasi Data, Identifikasi Lokasi, Digitalisasi Dokumen (GU/SU), dan Peningkatan Kualitas Data Spasial.
Kemudian masalah Alur Proses Pemohonan Pelayanan Online juga dipaparkannya secara jelas. Terakhir Sentot Sudirman memaparkan Integrasi 3 Aplikasi, Yakni Santri, Smart PTSL dan SIAP.
Pembicara terakhir, Rudi Rubijaya, S.P., M.Sc, Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Bali yakin Kementerian ATR/BPN sanggup melaksanakan layanan elektronik. “Jika kita mau berupaya dan belajar bersama maka saya yakin bisa. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung program pemerintah untuk tertib administrasi,” jelasnya.
Stand MASKI
Pada kesempatan ini, utusan MASKI, Harto Widodo, menyampaikan beberapa hal penting, antara lain :
- Roadmap BPN
a. Omnibuslaw, pangkas UU untuk penyederhanaan perizinan & kemudahan investasi
b. Memberlakukan stelsel positif untuk menjamin kepastian hak
c. Meningkatkan PNBP 10x melalui layanan informasi dan tata ruang
d. Mewujudkan Kantor Layanan Modern Berstandar Dunia berbasis elektoronik
e. Menjadikan Pusdatin+Tata ruang berbasis teknologi informasi dengan inovasi dan kolaborasi
f. Menuju birokrasi standar dunia (meningkatkan standar kompetensi SDM
g. Mewujudkan RDTR di seluruh wilayah
h. Mendaftarkan seluruh bidang tanah - Ambiguitas di lingkungan BPN
Jumlah target PTSL meningkat dari 10 juta ke 13 juta bidang, namun biayanya tetap
padahal Multipler Efek Pendaftaran tanah sangat besar (Finansial, Inklusi, Indutri,
Profesi, Lapangan kerja, pajak dll).
Dengan tuntutan kualitas tinggi, diusulkan perlunya rasionalisasi dan optimalisasi
anggaran. - Perbandingan antara Pelaksanaan Lelang dan Penunjukan Langsung
- Peran SKB
(Sekjen MASKI)